Tarutung, 23/4 (Batakpost.com)-Hampir dua minggu sudah proses perkuliahan di Kampus Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung yang berada di Silangkitang, Kecamatan Sipoholon, Tapanuli Utara, Sumatera Utara lumpuh. Hal itu dikarenakan aksi demo yang dilakukan mahasiswa dari berbagai jurusan yang ada di IAKN Tarutung seperti jurusan, Theologia, PAK, Musik Gereja, Pastoral Konseling dan Musik Gerejawi yang yang tergabung dalam Forum IAKN bersuara.
Menurut koordinator aksi Josua Simanugkalit mahasiswa jurusan Pendidikan Agam Kristen (PAK) semester VI, Senin, (23/4) menegaskan, bahwa mereka akan terus bertahan sampai tuntutan mereka dikabulkan.
“Yang telah bergabung dalam Forum IAKN bersuara ini sudah lebih dari 500 orang, dan kami para koordinator aksi seperti Pendopa Purba, jurusan PAK, semester VIII, Patar Sihombing jurusan PAK semester VI, Benni Jurusan Theologia semester IV, dan Desy Pardede jurusan Pastoral Konseling semester VI, berama dengan teman-teman seperjuangan tidak akan pernah mundur bersuara sampai tuntutan kami dikabulkan, walaupun sempat ada massa tandingan yang dimobilisasi oknum-oknum tertentu dari kampus,”katanya.
Diungkapkannya, semangat teman-temannya untuk bergabung bersama Forum IAKN Bersuara terus bertambah. Dan tepat pada hari Kartini, mereka melakukan aksi 1.000 lilin di kampus IAKN, dengna harapan habis gelap terbitlah terang.
“Kami berharap hal itu dapat terjadi di Kampus yang kami cintai, agar kegelapan yang terjadi selama masa kepimpinan Rektor Ibu Lince br Hombing dapat berlalu,”harapnya, seraya menambahkan selama terjadi aksi demo perkulihan di Kampus milik Kementerian Agama itu lumpuh.

Diterangkan Josua, hari pertama dan kedua aksi mahasiswa sudah meminta agar Rektor bertemu dengan mereka dan menanggapi tuntutan dari mahasiswa. Namun sang Rektor tidak berkenan bertemu walaupun posisinya berada di kampus.
“Karena tidak ada respon dari Rektor, kami terus melakukan aksi ini mulai dari tanggal 11 Appril 2018. Termasuk penyalaan 1.000 lilin di kampus pada hari Kartini. Dan hari ini Senin, (23/4), sama sekali tidak ada perkuliahan, kami tetap melakukan aksi demo. Dan jika tunutan kami ini tidak direspon Kampus, maka kami akan melakukan aksi meminta Dirjen Bimas Kristen bertindak, karena IAKN di bawah naungan Dirjen Bimas Kristen,”ancamnya.
Ditanya apa sebenarnya yang menjadi tuntuan mereka? Menurutnya terkait Akdreditasi Perguruan Tinggi yakni STAKPN yang sekarang sudah menjadi IAKN status Akreditasinya masih C. Parahnya lagi, Akreditasi jurusan Theologia tertanggal 31 Januari 2018 sudah habis, sementara dalam aturan ditegaskan, enam bulan sebelum jatuh tempo sudah harus diurus.
“Untuk apa nantinya kami tamat kalau tidak diakui karena status kampus kami hanya Akreditasi C, sementara untuk bisa bekerja di pemerintahanan minimal Akreditasi B. Hal inilah yang tidak ada dipikirkan oleh Rektor. Dan ketika ini kami tanyakan dalam pertemuan, tidak ada tanggapan. Makanya kami melakukan demo dan aksi mosi tidak percaya lagi atas kepemimpinan Ibu Rektor Lince,”jawabnya.
Selain masalah akreditas, sejumlah persoalan yang terjadi di kampus seperti penundaan pelantikan Senat Mahasiwa terpilih hasil Musyawarah Besar bulan Februari 2018 lalu dipertanyakan. Karena dengan adanya penundaan itu berdampak terkendalanya kegiatan-kegiatan strategis kemahasiswaan. Praktik Nepotisme yang dilakukan oleh Rektor IAKN Tarutung.
Demikian juga dengan kerjasama dengan Australia dan Negara-negara Indocina dalam hal lapangan kerja alumni IAKN Tarutung yang selalu digembar-gemborkan, nyatanya sampai saat ini tidak terelaisasi bahkan mungkin kerjasama itu tidak pernah ada. Pertangungjawaban Rektor IAKN Tarutung yang telah mendatangkan dosen-dosen non-PNS yang tidak sesuai dengan kebutuhan institusi, bahkan beberapa diantaranya tidak melaksanakan tugas pengajaran secara rutin tetapi tampaknya tidak ada evaluasi dari pimpinan.
Agenda perjalanan Rektor yang tinggi sehingga mengorbankan mahasiswa bimbingan skripsi dan kelas matakuliah yang diampu Rektor. Penyelenggaraan Seminar Internasional yang diduga tak memenuhi kaidah yang ada. Salah satu indikasinya adalah narasumber yang tidak didatangkan langsung dari negara asalnya, bahkan salah seorang dari narasumber yang diperkenalkan sebagai warga negara Brazil ternyata diketahui jelas berdomisili tidak jauh dari lokasi kampus.
Materi yang disampaikan juga tidak menjawab kebutuhan peningkatan keilmuaan institusi yang berbasis keagamaan dan teologi. Sikap emosional, intimidatif kepemimpinan Rektor. Pemalsuan tanda tangan mahasiswa/i pada daftar nilai mata kuliah yang diampu oleh Prof. Dr. Lince Sihombing, M.Pd. Ketiadaan ibadah bersama Civitas Akademika IAKN Tarutung sejak kepemimpinan Prof. Dr. Lince Sihombing, M.Pd, karena pembatasan penggunaan Auditorium.
Para mahasiswa yang bergabung dalam Forum IAKN bersuara, sudah siap untuk menerima konsekwensi dari aksi yang mereka lakukan. Termasuk tindakan intiminasi dan ancaman pemecatan dari pihak Rektor.
Sementara itu Rektor IAKN Tarutung Lince Sihombing yang berkali-kali dikonfirmasi lewat ponselnya tidak mengangkat ponselnya, dan SMS tidak dibalas. (RED)