Untuk diketahui kata dia, Bali Tourism Board (BTB) dibentuk oleh sembilan Asosiasi Pariwisata di Bali pada tanggal 1 Mater 2002, dengan tujuan utama untuk membangun dan mengembangkan industri pariwisata yang lebih baik dan berkelanjutan di Bali dan Indonesia.
Dan pada tangaal 6 Mei 2011, Bali Tourism Board telah berubah menjadi organisasi baru yang diakui oleh Undang-Undang Nasional Kepariwisataan Republik Indonesia (UU No. 11 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan) bernama Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali. Dan BTB didirikan kembali oleh sebelas organisasi pariwisata Bali dan memiliki fungsi yang lebih luas untuk menigkatkan pariwisata budaya di Bali.
Sementara itu Prof. Hikmahanto Juwana, S.H., L.L.M., PH.D, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia menambahkan, bahwa soal keamanan sangat penting sekali. Tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga dalam konteks nasional dan bahkan di regional dan daerah-daerah.
“Saya masih ingat soal tujuh deklarasi Negara Asean. Memang yang mereka bahas itu soal ekonomi, tetapi mereka harus deal (sepakat) dulu soal keamanan, perang dingin dan isu-isu komunis masih kencang saat itu. Jadi saya sangat setuju dengan Pak Gultom yang bertanya tadi, bahwa sektor keamanan harus ditangani dengan serius oleh pemerintah,” katanya.
Dia juga meminta perlu dikaji apa yang menjadi alasan sebagian masyarakat Indonesia masih ingin melakukakn tindakan yang mengganggu keamanan termasuk dengan melakukan bom bunuh diri.
Sedangkan terkait pengembangan wisata di masing-masing daerah, Prof Hikmahanto menyarankan agar membuat sesuatu yang unik. Jadi tidak semua merefleksikan Bali.
“Pengembangan pariwisata Bali ini sudah sangat lama, jadi tidak semudah yang kita pikirkan untuk merefleksikannya. Teman-teman di daerah harus mencari apa sih keunikan wisata di daerahnya, dan itulah yang dikemas. Bagaimana cara mengemasnya bisa belajar dari Bali atau tempat-tempat wisata yang lain,” sarannya.
“Kita sesama Indonesia harus saling share (berbagi) tetapi dengan negara lain kita harus bersaing,” tukasnya seraya mengajak untuk memanfaatkan momentum G20 menjadikan Indonesia yang lebih maju.
Sementara itu Fithra Faisal Hastiadi, Ph.D, Direktur Eksekufit Next Policy, Ekonom, Peneliti, dan Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menambahkan, pertumbuhan ekonomi usai suksesnya G20 jangan sampai terjadi di golongan elit saja, melainkan golonga bawah justru yang mendapat porsi yang lebih banyak.
“Ini menjadi PR kita bersama, karena dalam pelaksanaan G20 bulan November lalu, hotel-hotel yang besar memang penuh, sedangkan hotel-hotel yang kecil tidak kebagian sebagaimana dikeluhkan teman-teman kita tadi. Kita berharap melalui diskusi kita bisa memberikan masukan agar semua sektor mendapatkan dampak dari hasil G20 ini,” katanya.
Diskusi Hasil Presidensi G20 Indonesia 2022 bertemakan “Menegok Capaian dan Dampak Presidensi G20 Indonesia 2022” yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) di Intercontinental Resort, Jimbaran Bali, berlangsung selama dua hari 7-8 Desember 2022. (Jas)