Jakarta, 8/6 (Batakpost.com) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan rencana ambisiusnya untuk membangun konstelasi satelit Indonesia, dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada data citra satelit dari luar negeri. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko, pada Rabu (5/6/2024).
“Sejak awal, mindset kita adalah kita harus punya konstelasi satelit seoptimal mungkin,” jelas Dr. Handoko. Rencana ini juga mencakup akuisisi data terintegrasi secara berkelanjutan, dengan menggabungkan teknologi remote sensing dan pengembangan konstelasi satelit pada orbit rendah (LEO).
BRIN akan mengerahkan armada kapal riset untuk mengumpulkan data secara komprehensif, yang akan menjadi basis ekonomi baru berbasis antariksa. Target utama dari akuisisi data ini adalah mendapatkan data berkualitas secara berkelanjutan dengan biaya yang efektif, melibatkan sektor swasta serta berbagai sumber pendanaan.
Tujuannya adalah mendukung perkembangan ekonomi berbasis teknologi dengan memanfaatkan data untuk industri dan startup, serta mengembangkan aplikasi untuk berbagai kebutuhan seperti penangkapan ikan, mitigasi bencana, perkebunan, pertanian, pengelolaan sampah plastik, cuaca, iklim, pemetaan, perencanaan wilayah, perdagangan karbon, dan pemantauan lingkungan.
BRIN akan menyediakan data mentah dan algoritma dasar, sementara sektor swasta dan startup akan mengembangkan aplikasi dan layanan untuk berbagai sektor. Lima stasiun bumi akan mendukung tujuan ini, berlokasi di Bukittinggi, Bogor, Pontianak, Parepare, dan Biak. Indonesia juga berpotensi menjadi tempat peluncuran satelit, memanfaatkan lokasi ekuatorialnya yang strategis.
Selain itu, BRIN merencanakan pembangunan bandar antariksa di Biak Utara dengan luas lahan 100 hektar yang akan terus berkembang. Fasilitas ini akan mencakup landasan peluncuran roket (RPS), gedung pendukung kontrol, laboratorium, kantor, infrastruktur jalan, kebun raya nasional, dan dermaga armada kapal riset yang juga dapat digunakan oleh nelayan.
Bandar antariksa ini tidak hanya akan digunakan oleh Indonesia, tetapi juga terbuka untuk negara-negara kawasan Asia Pasifik, menjadikannya peluang bisnis yang potensial. “Bandar antariksa ini berpotensi besar, bukan eksklusif untuk Indonesia tapi kita buka sebagai bandar antariksa kawasan setidaknya Asia Pasifik dan siapapun itu,” ujar Dr. Handoko.
BRIN juga berencana berkolaborasi dengan perguruan tinggi negeri dan swasta, serta industri. “Semua skema di BRIN terbuka, jadi tidak hanya kampus, bahkan industri juga,” tutupnya.(int)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS