Uncategorized

Anton, dari Koki Restoran Hingga jadi Penjual Bakso Tusuk Bakar

×

Anton, dari Koki Restoran Hingga jadi Penjual Bakso Tusuk Bakar

Sebarkan artikel ini
Advertisement
Example 300x600
Advertisement

Jika tiba hari Minggu, Anton akan mangkal di sejumlah gereja yang ada di kawasan Pandan Tapanuli Tengah. Kehadirannya di lokasi gereja bukan untuk beribadah, melainkan untuk menjajalkan dagangannya berupa bakso tusuk dan tahu bakar kepada anak-anak Sekolah Minggu yang beribadah di gereja tersebut.

Salah satu gereja yang paling banyak penikmat bakso dan tahu bakar olahan Anton, adalah Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) yang berada di Jalan Oswald Siahaan, Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah.

IKLAN
IKLAN

Anak-anak Sekolah Minggu di gereja ini menjadi langganan setia Anton. Bahkan sejumlah jemaat dewasa juga ikut tertarik menikmati dagangan Anton yang dijajalkannya di atas sepeda motor yang masih dikreditnya itu.

Di bawah teduhan payung warna-warni, Anton yang berusia 26 tahun itu memulai kegiatannya untuk membakar bakso dan tahu yang sudah disiapkan istrinya dari rumah.

BACA JUGA: Indikator Program MCP KPK di Pemkab Taput Zona Hijau

Biasanya anak-anak Sekolah Minggu yang membeli jualan Anton, harus menunggu beberapa saat sembari menyaksikan Anton membakar dan dan meracik bumbu kancang bakso bakarnya.

Kalau dilihat dari harganya, bakso dan tahu bakar Anton relatif murah, yakni Rp 1.000 rupiah per tusuk. Dan biasanya anak-anak membeli mulai dari satu hingga lima tusuk.

Melihat jualan Anton yang cukup digemari, awak media ini pun mencoba bincang-bincang dengan Anton.

Dari pengakuannya, dia (Anton) baru tiga bulan memulai usaha bakso bakarnya. Karena sebelumnya dia bekerja sebagai Koki di beberapa restoran yang ada di Sibolga. Karena hempasan pandemi COVID-19, dia harus berani banting setir, karena gajinya dikurangi akibat sepinya pengunjung restoran akibat pandemi.

Merasa tidak cukup lagi dengan gaji itu, ia pun memutuskan untuk berhenti menjadi Koki dan mencoba keberuntungan menjual bakso bakar.

“Awalnya saya kuatir bang, takut gak laku, karena sudah banyak yang jualan bakso bakar. Selain itu juga, masih ada rasa minder bang, karena teman-teman taunya saya kan Koki di restoran,” ungkapnya sembari membakar bakso dan tahu pesanan anak Sekolah Minggu.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, dia semakin percaya diri, karena baksonya lumayan laku. Sejak dari situlah Anton yang tinggal di kawasan Pesantren Pandan semakin semangat berjualan.

Diakuinya, kalau hari Minggu penjualannya tidak terlampau banyak, cukup-cukup makan aja. Berbeda dengan hari-hari biasa, karena dia mangkal di beberapa sekolah yang pembelinya cukup banyak.

BACA JUGA: Ikutilah Turnamen Catur Bakhtiar Ahmad Sibarani Cup 2022

“Kalau hari Minggu bang penjualan saya sekitar Rp350 ribu. Sementara kalau hari sekolah bisa sampai Rp700 ribu bang. Dan yang paling lumayan itu hari merah (libur), karena saya jualannya dari pantai ke pantai yang ada di Pandan. Kalau hari merah penjualan saya bisa mencapai Rp1,3 juta bang,” ungkapnya.

Begitulah Anton bersama istrinya Yusna Dawolo (26) setiap hari menjajalkan bakso bakarnya. Dari hasil usaha itu, mereka bisa membayar kontrakan, cicilan sepeda motornya dan sedikit menabung.

“Alhamdulillah bang, bisalah menabung sedikit-sedikit,” pungkasnya.

Disebutkan Anton, sehabis istrinya membereskan rumah, dia akan menyusul Anton untuk membantu jualan. Apalagi saat jam istirahat sekolah, biasanya anak-anak cukup ramai.

“Semuanya harus disyukuri bang. Intinya jangan menyerah terhadap keadaan,” pesan pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak itu. (red)