Jakarta, 6/2 (Batakpost.com) – Di media sosial tengah viral petugas polisi pengawal mengusir pengendara Mercedes-Benz yang mencoba membuntuti iring-iringan pengawalan. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan demi keselamatan.
Video itu diunggah akun TikTok escort79. Dalam video tersebut tampak petugas sedang melakukan pengawalan terhadap salah satu kendaraan pejabat yang sedang bertugas. Namun, mobil Mercedes-Benz berkelir putih mencoba membuntuti di belakang mobil yang dikawal itu.
Polisi menegur pengendara Mercy itu berkali-kali. Namun, pengendara Mercy tetap ngeyel mengekor di belakang mobil yang dikawal.
Sampai akhirnya, polisi pengawal memaksa pengendara Mercy itu berhenti. Polisi itu turun dari motor patwalnya dan memberikan teguran kepada pengendara Mercy.
“Kok ngikut? Kenapa ngikut? Kalau kamu ketabrak siapa yang tanggung jawab? Ya, jangan kayak gitu. Nikmati aja. Kalau ini ada acara Departemen Dalam Negeri. Ayo mau ikut? Kamu saya masukin nanti ke acaranya, ganti baju Korpri, mau? Nggak kan? Nikmati ya, liburannya nikmati,” kata petugas polisi tersebut kepada pengendara Mercy.
Menurut praktisi berkendara yang juga founder dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, ada risiko besar ketika pengendara umum mencoba membuntuti konvoi pengawalan. Salah satunya bahkan bisa menyebabkan tabrakan beruntun.
“Bahkan sesama anggota dalam satu rangkaian saja itu sering sekali terjadi kecelakaan. Bahkan melibatkan bupati, pejabat darah, itu pernah kejadian-kejadian seperti itu,” kata Jusri kepada detikOto, Senin (5/2/2024).
Jusri menyebut, mengekor di belakang kendaraan prioritas merupakan budaya yang salah. Kejadian serupa tak hanya membuntuti konvoi yang dikawal, bahkan kendaraan darurat semacam ambulans dan pemadam kebakaran pun dibuntutinya untuk menerobos kemacetan.
“Kenapa itu dilarang? Itu berbahaya sekali. Ketika kita melakukan membuntuti atau sebagai tailgater di belakang suatu rombongan pengawalan, itu sangat berbahaya bagi kita. Karena kita tidak dalam satu komando,” jelas Jusri.
“Perlu dipahami juga oleh masyarakat, bahwa tabrakan beruntun itu selalu terjadi pada bagian dari satu rangkaian konvoi. Karena tidak ada komunikasi, tidak ketahuan. Masyarakat pun kadang-kadang berpikir saat rombongan terakhir lewat, biasanya diketahui oleh masyarakat pengguna jalan yang lain, biasanya mereka langsung menutup celah. Pada saat yang sama ada tailgater liar di belakang yang berpotensi terjadi kecelakaan,” katanya. (int)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS