Jakarta, 27/1 (Batakpost.com) – Sebuah laboratorium kecerdasan buatan (AI) yang kurang dikenal di China, DeepSeek, telah memicu kekhawatiran besar di Silicon Valley. Hal ini terjadi setelah DeepSeek merilis model AI sumber terbuka gratis yang dinilai mampu mengungguli model terbaik di Amerika Serikat, meskipun dikembangkan dengan biaya lebih murah dan menggunakan chip dengan kemampuan yang lebih rendah.
DeepSeek meluncurkan model bahasa besar (large language model) pada akhir Desember. Proyek ini hanya memakan waktu dua bulan dan menghabiskan biaya kurang dari USD 6 juta. Pengembangannya menggunakan chip Nvidia H800, yang memiliki kemampuan lebih rendah dibandingkan chip canggih lainnya.
Menyusutnya Keunggulan Global Amerika?
Kemajuan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang apakah keunggulan global Amerika dalam kecerdasan buatan mulai menyusut. Selain itu, muncul pula kekhawatiran mengenai efisiensi biaya dalam pengembangan AI, mengingat perusahaan teknologi besar Amerika selama ini menghabiskan dana besar untuk membangun model AI dan pusat data.
Dalam serangkaian uji pihak ketiga, model dari DeepSeek berhasil mengungguli Llama 3.1 milik Meta, GPT-4o milik OpenAI, dan Claude Sonnet 3.5 milik Anthropic dalam berbagai aspek, mulai dari pemecahan masalah yang kompleks hingga matematika dan pengodean. Selain itu, DeepSeek juga meluncurkan model r1, yang dalam pengujian terbukti lebih unggul dibandingkan o1 terbaru milik OpenAI.
Respon Global terhadap DeepSeek
“Melihat model baru DeepSeek, sangat mengesankan bagaimana mereka dapat membuat model sumber terbuka yang sangat efisien dalam komputasi,” kata CEO Microsoft, Satya Nadella, dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, pada Rabu lalu.
“Kita harus menanggapi perkembangan dari China ini dengan sangat, sangat serius,” tambahnya, seperti dilaporkan oleh CNBC.
Keberhasilan DeepSeek juga menyoroti kemampuan mereka mengatasi pembatasan ketat dari pemerintah Amerika Serikat, yang memutus akses China ke chip paling canggih seperti Nvidia H100. Dengan berbagai kendala ini, kemajuan DeepSeek menunjukkan bahwa mereka berhasil menemukan cara untuk mengatasi keterbatasan tersebut.
Persaingan AI di China
DeepSeek bukanlah satu-satunya perusahaan di China yang mencatat kemajuan signifikan dalam AI. Kai-Fu Lee, seorang peneliti AI terkemuka, mengungkapkan bahwa perusahaan rintisannya, 01.ai, melatih model AI hanya dengan dana sebesar USD 3 juta. Selain itu, ByteDance, perusahaan induk TikTok, juga meluncurkan pembaruan untuk model AI mereka yang diklaim mampu mengungguli OpenAI dalam pengujian.
“Kebutuhan adalah ibu dari penemuan. Karena mereka harus mencari solusi, mereka akhirnya membangun sesuatu yang jauh lebih efisien,” ujar CEO Perplexity, Aravind Srinivas.
Tantangan dan Peluang di Dunia AI
Kemajuan DeepSeek dan perusahaan-perusahaan lain di China menunjukkan bahwa efisiensi dalam pengembangan AI dapat menjadi faktor kunci untuk mengatasi keterbatasan teknologi dan sumber daya. Dengan keberhasilan ini, dunia AI global kini memasuki era persaingan yang semakin ketat, di mana inovasi tidak lagi hanya bergantung pada dana besar atau teknologi canggih, tetapi juga pada kemampuan untuk menemukan solusi yang efisien dan efektif.(int)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS