Teknologi

CISSReC: Serangan Siber ke Indonesia Meningkat, Data Industri Lokal Jadi Target Utama

164
×

CISSReC: Serangan Siber ke Indonesia Meningkat, Data Industri Lokal Jadi Target Utama

Sebarkan artikel ini
CISSReC: Serangan Siber ke Indonesia Meningkat, Data Industri Lokal Jadi Target Utama
Advertisement
Example 300x600
Advertisement

Jakarta, 29/9 (Batakpost.com) – Serangan siber ke Indonesia semakin marak, dengan sejumlah industri lokal menjadi target utama. Lembaga Riset Siber Indonesia (CISSReC) mengungkapkan bahwa berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), tercatat 527 insiden keamanan siber terjadi di Indonesia dari 1 Januari hingga 30 Juni 2024. Dari jumlah tersebut, 259 insiden (49,1%) telah ditindaklanjuti, sementara 268 insiden (50,9%) masih menunggu penanganan.

Chairman CISSReC, Pratama Persadha, menjelaskan bahwa sebagian besar serangan ini melibatkan pencurian data dengan menggunakan ransomware. Beberapa data penting yang dicuri antara lain 74 gigabyte data Bank Indonesia, 17 juta data PLN, dan 17.000 akun Ditjen Pajak. Tak hanya itu, 1,3 miliar data registrasi SIM card, 272 juta data BPJS Kesehatan, dan 204,8 juta data Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menjadi korban peretasan.

“Kerugian dari ransomware secara global diperkirakan mencapai USD 1,1 miliar pada 2023, dan ada 73 organisasi yang terkena serangan ransomware,” ungkap Pratama saat menghadiri acara “Protect Your Data! Rise Above Cyber Threat” yang diselenggarakan oleh PT Sarana Solusindo Informatika di Jakarta, Kamis (19/9).

Pratama menekankan bahwa pencurian data tersebut bisa mengganggu kelangsungan operasional perusahaan, mengakibatkan hilangnya data kritis, dampak finansial, serta potensi tuntutan hukum dan denda.

“Organisasi yang terkena serangan siber ini berpotensi terkena tuntutan hukum, denda maksimal, dan bahkan penghentian kegiatan operasional,” tambahnya.

Sebagai solusi, Pratama menyarankan penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI), threat intelligence, machine learning, serta analisis anomali untuk melindungi sistem komputer dan jaringan dari serangan siber.

Sementara itu, IT Solution Head PT Sarana Solusindo Informatika, Kalvin Kaligis, menyatakan bahwa Indonesia sangat rentan terhadap serangan siber, mengingat jumlah pengguna internet yang mencapai 202 juta. Kalvin menekankan pentingnya penggunaan teknologi AI sebagai garda terdepan untuk melindungi data organisasi dari serangan siber.

“Kami percaya bahwa teknologi keamanan siber berbasis AI harus menjadi garda terdepan dalam melindungi data organisasi,” ujar Kalvin. Ia juga menyarankan organisasi untuk melakukan backup data dan sistem guna mengantisipasi terjadinya total loss akibat serangan ransomware.

Dengan meningkatnya ancaman siber, langkah-langkah proaktif dan penggunaan teknologi mutakhir sangat dibutuhkan untuk melindungi data industri dan lembaga di Indonesia dari risiko yang semakin kompleks.(int)

Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS

banner 325x300