
Surat tanpa identitas itu menginformasikan, ada kelompok jaringan kejahatan finansial siber asal Bulgaria sedang beroperasi di Bali. Juga disebutkan, mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan identitas palsu dan menyamar sebagai turis. Kapolri langsung mendisposisikan surat itu ke Direktorat Siber Bareskrim Polri.
Penulis surat kaleng mencantumkan dua nomor telepon seluler. Dari situ, polisi mendapat petunjuk. Aktivitas dua nomor tersebut langsung ditelisik.
“Kami menduga, pengirim surat adalah barisan sakit hati,” kata Kasubdit Siber Kombes Irwan Anwar. Aparat menduga, penulisnya adalah anak salah satu anggota sindikat yang sudah ditangkap polisi.
Berbekal hasil pelacakan nomor telepon di surat kaleng itu, penyidik menemukan jejak para pelaku, yang tak sadar ponsel mereka sudah disadap.
Polisi menguntit kawanan itu yang akan beraksi Kamis tengah malam, 3 Agustus 2017. Kali itu, lokasinya bukan di Bali, tapi di Surabaya.
Ion Iabanji dan Iurie Vrabie tak sadar, gerak-gerik mereka terus dikeker petugas. Kombes Irwan bersama tim buru sergapnya, termasuk Ipda Bambang, sudah bersiaga.
Dengan tenang, para kriminal itu masuk ke sebuah ruangan kaca di mana terdapat dua mesin ATM, di Varna Culture Hotel, Surabaya. Iabanji yang berkaos merah dan topi hitam masuk ke dalam bilik ATM. Vrabie mengawasi di luar.
Dari rekaman CCTV yang dilihat jurnalis Liputan6.com, terlihat apa yang mereka lakukan di bilik ATM berukuran 3×2 meter itu.
Abanji berdiri cukup lama di depan mesin ATM. Dari luar, ia seperti sedang melakukan transaksi. Namun, jari-jarinya memegangi lubang tempat kartu ATM biasa dimasukkan. Rupanya, ia sedang menempelkan skimmer atau alat pencuri data.
“Di TKP, kami menemukan alat bukti skimmer,” kata Ipda Bambang Meiriawan.
Selesai kedua kriminal itu beraksi, petugas langsung datang mengepung. Mereka tak berkutik, dan langsung diborgol di area parkir hotel.
“Kami juga menemukan kartu yang masih kosong. Nantinya kartu itu akan diisi data,” kata Ipda Bambang.
Setelah mengintai keadaan sekitar dan yakin aman, mereka mulai memasang alat skimming. Pemasangan dilakukan malam hari. Seorang masuk ke bilik ATM, yang lain berdiri di luar bilik, berpura-pura mengantre.