Samosir, 30/10 (Batakpost.com) – Pemerintah Kabupaten Samosir bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), melakukan survei pergerakan tanah di Desa Parlondut, Kecamatan Pangururan, pada tanggal 30 Oktober. Survei ini merupakan langkah awal dalam upaya penanggulangan bencana yang direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Samosir ke depan.
Asisten II Hotraja Sitanggang, bersama Kepala Pelaksana BPBD Sarimpol Simanihuruk dan tim penyidik bumi PVMBG yang dipimpin oleh Kibar Muhammad Suryadana, melakukan peninjauan langsung dan kajian untuk menentukan penyebab bencana longsor yang mengakibatkan retakan pada beberapa rumah dan lahan warga. Hasil survei ini diharapkan menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam menangani infrastruktur yang rusak akibat pergerakan tanah.
Kibar Muhammad Suryadana menjelaskan bahwa pergerakan tanah yang terjadi di Desa Parlondut adalah tipe lambat atau rayapan, yang umumnya disebabkan oleh litologi batuan dari erupsi gunung api serta kondisi morfologi daerah yang berada pada cekungan atau lembah. Curah hujan tinggi di wilayah tersebut menjadi pemicu utama pergeseran tanah.
Tim PVMBG melakukan survei permukaan tanah dan pengambilan foto udara dengan metode fotogrametrik. Hasil survei ini akan dipetakan dan diserahkan kepada Pemkab Samosir sebagai acuan penanganan lebih lanjut. “Hitungan sementara menunjukkan ada 10-12 hektar tanah yang berpotensi mengalami gerakan tanah kembali. Kami akan menyusun peta laporan situasi gerakan tanah yang berisi rekomendasi untuk Pemkab Samosir,” ujar Kibar.
Kibar juga menyarankan agar area yang terdampak, baik infrastruktur jalan maupun rumah penduduk, direlokasi karena kemungkinan besar pergerakan tanah akan terulang. Namun, area tersebut masih cocok untuk lahan pertanian dengan tanaman keras, bukan tanaman basah yang dapat mempercepat pergerakan tanah.
Sementara itu, Hotraja Sitanggang mengungkapkan bahwa setelah hasil kajian dan penelitian PVMBG keluar, Pemkab Samosir akan segera mengambil langkah penanganan. “Dari hasil survei, lokasi yang mengalami retakan tidak cocok untuk pemukiman, jadi ke depan kita rencanakan untuk kawasan pertanian saja,” kata Hotraja.
Dalam rangka menjaga keselamatan warga, Hotraja menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan mencari tempat yang lebih aman, serta tidak tinggal di rumah yang sudah retak. “Kami sudah menyampaikan kepada masyarakat untuk mencari tempat yang relatif aman. Rekomendasi dari tim ahli akan menjadi dasar langkah konkret pemerintah daerah ke depan,” tutupnya.(int)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS