Jakarta, 23/11 (Batakpost.com) – Meta, perusahaan induk yang mengelola berbagai platform media sosial, termasuk Instagram, berada di bawah tekanan yang semakin meningkat dari pemerintah Amerika Serikat terkait dampak negatif yang ditimbulkan oleh platform-platformnya, khususnya terhadap pengguna usia anak dan remaja.
Dalam sebuah sidang pemeriksaan media sosial dan krisis kesehatan mental remaja di Amerika Serikat, mantan karyawan Meta, Arturo Bejar, memberikan kesaksian yang mencengangkan tentang kekhawatirannya terhadap platform Instagram. Bejar menyatakan bahwa Instagram, salah satu platform milik Meta, telah menyesatkan pengguna usia remaja dan gagal melindungi privasi mereka.
Bejar, yang kembali bekerja di Meta pada tahun 2019 sebagai konsultan teknologi keamanan di Instagram setelah putrinya mengalami pelecehan seksual di platform tersebut, mengungkapkan bahwa desain Instagram tidak mendukung pelaporan tindakan pelecehan oleh pengguna remaja.
Menurutnya, puluhan peneliti yang fokus pada kesejahteraan Instagram telah dipecat sejak dia meninggalkan perusahaan tersebut. Bejar mengklaim bahwa banyak pengalaman negatif di Instagram tidak melanggar peraturan, dan konten yang melanggar peraturan mungkin tidak dilaporkan.
Meskipun Meta telah mengungkapkan angka insiden ujaran kebencian, perundungan, dan pelecehan dalam laporan transparansi reguler, Bejar berpendapat bahwa angka-angka tersebut tidak mencerminkan sepenuhnya bahaya yang dihadapi pengguna, karena hanya mengungkapkan sebagian kecil dari masalah sebenarnya.
“Saya memiliki pengalaman langsung bahwa mereka mengabaikan apa yang dapat digambarkan sebagai penelitian yang signifikan secara statistik, yang menunjukkan bahwa jutaan remaja mengalami masalah keamanan saat menggunakan aplikasi Meta,” ujar Bejar.
Bejar menekankan perlunya perusahaan media sosial, termasuk Meta, untuk mengumpulkan dan mempublikasikan data dengan lebih baik mengenai jumlah anak yang mengalami pelecehan seksual di platform mereka. Meskipun pesan terenkripsi dianggap penting oleh banyak orang, Bejar meragukan apakah pesan tersebut sesuai untuk anak-anak.
Juru bicara Meta membantah klaim Bejar dan menyatakan bahwa tidak masuk akal untuk mengatakan bahwa ada konflik antara penelitian persepsi pengguna terhadap Instagram dan laporan transparansi.
“Metrik prevalensi dan survei persepsi pengguna mengukur dua hal yang berbeda. Kami mengambil tindakan berdasarkan keduanya dan bekerja pada keduanya terus berlanjut hingga hari ini,” kata juru bicara Meta.
Tetapi, Bejar berpendapat bahwa keselamatan anak-anak harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan media sosial dan mendesak agar lebih banyak data diungkapkan untuk mendukung tujuan tersebut.
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS