
Pada gim pamungkas, Ginting secara konsisten memimpin jalannya pertandingan. Namun menyentuh poin 18-14, Jonatan terus berupaya merebut kemenangan dengan merebut lima poin tanpa balas yang membuat Jonatan balik memimpin.
Dengan Jonatan yang balik mendominasi, Ginting mampu keluar dari kebuntuan dan akhirnya mengunci kemenangan setelah harus melewati satu kali deuce dalam laga terakhir berkesudahan 22-20.
Rasa syukur terungkapkan dari Ginting yang untuk pertama kalinya meraih podium internasional, terutama karena dia mendapatkannya di turnamen berlevel Super Series.
“Selama ini saya juga sempat mengalahkan pemain unggulan, artinya capaian saya kali ini bukanlah sebuah hal yang karena keberuntungan saja. Ini merupakan hasil kerja keras saya bersama pelatih dan teman-teman di tunggal putra. Ketemu teman sendiri kami sudah saling tahu, di lapangan kami lebih mengadu mental dan fokus,” kata Ginting dalam pernyataannya.
Kendati mengalami kekalahan dari kompatriotnya, Jonatan mengaku bersyukur atas capaiannya kali ini dan menyebut partai final di Seoul 2017 ini bukan harinya dia.
“Yang pasti hari ini Anthony main lebih lepas. Dan saya merasakan angin yang berbeda lagi dari kemarin. Dua kali pindah lapangan, saya merasa perbedaan anginnya lumayan sekali. Mungkin tadi Anthony lebih bisa beradaptasi karena kemarin dia main di lapangan yang sama. Dia lebih kenal kondisi lapangan. Padahal tadi saya sudah berusaha keluar dari tekanan, tapi ya rejeki belum memihak saya,” tutur Jonatan.
Dengan hasil ini, rekor pertemuan kedua pemain menjadi sama kuat satu-satu di mana dalam pertemuan terakhir, Jonatan berhasil menjinakkan Ginting 21-17, 21-12 di Malaysia Terbuka 2017 lalu. (ant)