Jakarta, 17/12 (Batakpost.com) – Istri calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti, bertemu dengan warga Madiun, Jawa Timur, untuk mendengar aspirasi terkait program lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas. Salah satu warga, Lia, menanyakan rencana program dari Ganjar Pranowo untuk mendukung lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas.
Siti Atikoh memberikan jawaban komprehensif terkait permasalahan tersebut. Menurutnya, prinsip dalam pembangunan adalah “no one left behind” atau tidak ada yang ditinggalkan. Semua pihak, termasuk penyandang disabilitas, harus mendapatkan akses terhadap pembangunan.
“Dalam pembangunan, prinsipnya adalah no one left behind. Siapapun itu harus mendapatkan akses terhadap pembangunan termasuk disabilitas,” ungkap Siti Atikoh.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan pertama dalam mendukung pendidikan inklusif adalah menyiapkan lingkungan yang kondusif. Monitoring yang dilakukan oleh Siti Atikoh menunjukkan bahwa pendidikan inklusif seringkali hanya sebatas formalitas dan belum disertai dengan persiapan guru, teman sekelas, dan orang tua.
“Ketika kita ingin pendidikan inklusif, pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyiapkan lingkungan. Saya banyak melakukan monitoring terkait pendidikan inklusif. Terkadang, sekolah hanya menjalankan formalitas inklusif, tetapi ternyata guru, teman-teman, dan bahkan orang tua belum siap,” jelasnya.
Siti Atikoh menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang tidak membuat anak disabilitas merasa berbeda atau terasing. Ia juga menyebut perlunya pendampingan bagi orang tua, mengingat mereka memiliki keterbatasan dalam mendampingi anak disabilitas.
“Pendampingan pada orang tua juga perlu dilakukan. Karena setiap anak memiliki keunikan dan karakter yang perlu diketahui terlebih dahulu,” tambahnya.
Dalam konteks dunia usaha, Siti Atikoh menyatakan bahwa perlu melihat potensi setiap anak disabilitas, mengakui keunikan dan karakter mereka. Ia mencontohkan bahwa pendidikan dan pembekalan untuk masa depan tidak bisa dipukul rata, melainkan harus disesuaikan dengan potensi masing-masing anak.
“Saat memberikan pendidikan dan pembekalan untuk masa depan, kita tidak bisa memperlakukan semua anak sama. Masing-masing anak memiliki potensi yang berbeda-beda,” tuturnya.
Siti Atikoh juga mengomentari aspek ketenagakerjaan, menyebutkan bahwa Undang-Undang sudah memberikan afirmatif terhadap rekrutmen penyandang disabilitas. Namun, dalam kenyataannya, masih banyak kasus di mana potensi mereka tidak dimaksimalkan setelah direkrut.
“Memang sudah ada afirmatif dalam Undang-Undang yang melindungi, bahwa perusahaan harus merekrut sejumlah persen penyandang disabilitas. Tapi kenyataannya masih banyak yang hanya formalitas. Mereka direkrut, tetapi potensinya tidak terlalu digali,” ungkapnya.
Siti Atikoh berharap agar penyandang disabilitas dapat mandiri dan memiliki eksistensi yang dihargai. Ia menekankan perlunya pembinaan dan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing penyandang disabilitas.
“Setiap orang pasti ingin eksistensinya dihargai. Semoga penyandang disabilitas dapat benar-benar mandiri tanpa menyusahkan,” pungkasnya.
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS