Selandia Baru, 21/3 (Batakpost.com)-“Bapak Presiden, apa yang menjadi motivasi Bapak sehingga begitu sering datang ke Papua?” Itulah salah satu pertanyaan yang disampaikan oleh Fransiscus Orlando, salah satu Warga Negara Indonesia (WNI) asal Papua yang tingal di Selandia Baru saat Presiden Joko Widodo bertemu dengan para WNI di Amopura Gathering, Museum Te Papa, pada Senin 19 Maret 2018.
Presiden yang hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo, menjawab bahwa sebagai seorang pemimpin, ia ingin melihat secara langsung kondisi masyarakat dan infrastruktur di sana, tidak hanya dari laporan saja. Menurutnya, Indonesia bagian timur terlalu lama dilupakan dan kurang diperhatikan.
“Satu setengah bulan setelah dilantik, saya langsung terbang ke Papua. Sampai saat ini sudah tujuh kali saya datang ke Papua dan merupakan provinsi paling sering saya kunjungi. Padahal Jakarta ke Papua butuh 6 jam. Tapi ini wilayah NKRI yang harus diperhatikan,” ujarnya disertai tepuk tangan seluruh WNI yang hadir.
Presiden pun berbagi cerita dan pengalamannya ketika melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah tertinggal di Indonesia. Salah satunya saat ia berkunjung ke Kabupaten Nduga di Papua.
“Waktu itu oleh Panglima dan Kapolri saya tidak diperbolehkan berkunjung ke Kabupaten Nduga, karena itu daerah paling rawan katanya. Saya tegaskan waktu itu kepada Panglima dan Kapolri, masalah keamanan itu adalah urusanmu, pokoknya dua hari lagi saya harus ke Kabupaten Nduga, karena ada yang menyampaikan ke saya agar melihat Kabupaten Nduga, pasti kaget kalau sampai di sana,”kata Presiden
Akhirnya sayapun terbang ke sana naik heli bersama dengan Ibu Jokowi karena memang tidak ada jalan darat. Saya terbang ke Jayapura dulu lalu ke Wamena. Dari Wamena naik Heli ke Nduga.
“Dan saya mau tanya kepada saudara Orlando yang memberikan pertanyaan tadi, apa sudah pernah ke Kabupaten Nduga? belum pernah, jawabnya. Karena memang dari Wameda ke Nduga itu jalan 4 hari 4 malam lewat hutan,”terang Jokowi.
Begitu turun di Nduga, lanjut Presiden Jokowi, Ia ketemu dengan bupati Nduga. Itu di kotanya, kantor kabupaten ada di situ. Hanya saja tidak ada satu orangpun di kota itu.
“Saya tanya ke pak Bupatinya, berapa jumlah penduduk di Kabupaten Nduga? Dijawabnya 129ribu. Lho kok satu orang saja tidak ada kelihatan padahal sudah di pusat kota. Betul Pak, distriknya ada ditengah-tengah hutan, kalau bapak mau chek silahkan. Kalau mau jalan kesana ada yang 8 jam, dan 12 jam, jawab Bupatinya. Dan ternyata di Kabupaten Nduga itu aspal 1 meter saja tidak ada,”beber Jokowi.
Inilah yang membuat saya sedih, dan saya perintahkan saat itu juga agar segera dibuka jalan untuk membuka isolasi kepada saudara kita yang ada di sana.
“Membuka dulu, dan sekarang sebahagian sudah diaspal dan sudah bisa dilewati kendaraan dan sebagian lagi belum tapi sudah bisa dilewati sepeda motor. Dan saya sudah coba naik trail dan jarak tempuh Wamena ke Nduga sekarang sudah tinggal sekitar 6 jam. Dan saya sudah tes separohnya. Inilah kondisi apa adanya yang saya sampaikan kepada bapak ibu saudara-saduara, berkaitan dengan pertanyaan tadi, kenapa saya begitu intens dan dorongan apa yang menyebabkan saya sering ke Papua. Semakin saya tahu semakin saya ingin memberikan perhatian yang berbeda kepada Papua,”tegas Presiden Jokowi yang disambut dengan riuh tepuk tangan para mahasiswa sembari berteriak hidup Jokowi, hidup Mr President.(RED)