Esra Aritonang menjelaskan, Manirat ulos adalah proses penting dalam budaya Batak, dan motif yang berbeda memberikan nilai estetika dan arti tersendiri bagi setiap konsumen. Hal ini sangat laris dijual di kalangan masyarakat Batak, terutama bagi pasangan yang ingin menikah.
Kegiatan ini juga mendapat sambutan positif dari aparat desa yang merasa terbantu dengan adanya PKM. Masyarakat mendapatkan ilmu yang relevan dengan profesi mereka dan berpotensi menerapkannya di masa depan. Manirat ulos juga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka dalam menghadapi kondisi ekonomi yang sulit.
Setelah pemaparan materi, Prodi Teologi melakukan survei kepuasan kepada masyarakat terhadap kegiatan PKM ini. Hasil survei tersebut akan menjadi masukan berharga bagi prodi tersebut dalam melaksanakan kegiatan serupa di masa mendatang.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama antara peserta, narasumber, dan aparat desa, serta acara makan siang dan pembagian uang transport kepada seluruh peserta. Semua peserta pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan puas dan bersemangat untuk mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang mereka dapatkan dari kegiatan PKM ini. (Jasgul)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS