Pertunjukan grup Opera Serindo sejak awal sudah menunjukkan ciri khas pewarisan Opera Batak terdahulu itu. Para pemainnya menghayati lakon cerita Simardan dengan bungkus improvisasi yang sudah rapi. Namun ada yang terasa kurang dengan minimnya elemen musik melalui lagu-lagu. Tampaknya dengan kebangkitan kembali grup Opera Serindo pada tahun 2023 belum ingin menunjukkan primadona penyanyinya. Namun para pemain lakonnya yang bervariasi dari segi usia cukup menghibur dan memancing emosi banyak penonton. Lakon cerita yang digarap Opera Serindo merupakan salah satu karya warisan Mr. Tilhang Gultom.
Sanggar Angel Alkanea dengan lakon cerita yang ditulis oleh Marlita Simbolon (pimpinan sanggar) dan disutradarai oleh Indah Natalia Situmorang menunjukkan ciri khas kreasi dan inovasi penciptaan, tanpa mengabaikan pengetahuan tentang dramaturgi Opera Batak. Beberapa lagu Opera Batak terdahulu tercampur dengan lagu-lagu pop Batak yang relevan untuk sinkronisasi pendukung emosi melalui lakon cerita. Bahkan penulis naskah dan sutradara ikut tampil di panggung untuk dua lagu Opera Batak. Sedangkan kreasi dan inovasi penciptaan mereka dihasilkan sebagai hasil kolaborasi hingga di level kontramix melalui Sahat Rum (sekaligus manager panggung) dan Juniana Simbolon .
Tim Sanggar Angel Alkanea mencapai 51 personil. Grup Opera Serindo sekitar 30 personil. Sedangkan Sanggar Tunas Kelapa ada 24 personil. Semangat dari penampilan ketiga grup ini mewarnai fase pemanfaatan Opera Batak setelah lebih 20 tahun direvitalisasi di luar Samosir, tempat cikal-bakal Opera Batak. Pemanfaatan Opera Batak semoga tidak hanya tujuan praktis untuk nilai ekonomi serta yang buta soal upaya untuk kembali membangkitkan Opera Batak sejak revitalisasi tahun 2002. (***)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS
