Berita UtamaMartabe Gold Mine

Konservasi Hutan Mangrove PTAR Solusi Dinginkan Bumi

×

Konservasi Hutan Mangrove PTAR Solusi Dinginkan Bumi

Sebarkan artikel ini
Inilah dermaga pintu masuk menuju Konservasi Hutan Mangrove PTAR yang berada di Kelurahan Kalangan Indah dan Desa Aek Sitio-tio, Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. (Batakpost.com/HAT)
Advertisement
Example 300x600
Advertisement

Bumi Telah Mendidih

Sekaitan yang disampaikan Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional TPB/SDGs Kementerian PPN/Bappenas, Yanuar Nugroho bahwa kemungkinan pemanasan bumi naik hingga 1,50C dalam satu atau dua dekade mendatang, turut dikuatkan oleh Senior Grand Peace Indonesia, Syahrul Fitra yang juga sebagai pembicara pada acara Seminar Nasional HPN 2024 di Jakarta Februari lalu.

Dia mengatakan bahwa kondisi bumi saat ini sudah mendidih. Di mana suhu bumi telah mencapai ambang batas di angka 20 C pada hari Jumat 17 November 2023 lalu sebagaimana disampaikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bahkan untuk pertama kalinya bumi mengalami kenaikan suhu di atas 20 C dibandingkan pra-industri.

“Kenaikan suhu bumi tersebut melampaui Perjanjian Iklim di Paris Tahun 2015 di mana dunia sepakat agar suhu bumi tidak melampaui 1,50 C secara ambisius atau 20 C secara longgar,” bebernya.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mendinginkan bumi kata Fitra, dengan pendinginan iklim hutan. Di mana hutan sebagai ekosistem yang kuat dalam melawan perubahan iklim.

Untuk itulah konservasi hutan mangrove yang dilakukan PTAR bersama dengan masyarakat lokal sudah tepat, karena pengurangan pemanasan global tidak dapat dilakukan dengan cara-cara konvensional atau sebatas seruan lagi, melainkan harus ada aksi nyata.

Tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan mangrove dalam menyerap karbon merupakan jasa ekosistem yang penting pada kondisi perubahan iklim secara global. Dan itu sejalan dengan manfaat lain dari hutan mangrove, seperti menjadikan habitat satwa darat dan air berkembang biak. Menjadikan sejumlah spesies mampu menyerap logam berat timah dan merkuri. Berperan dalam siklus hidup dan perbaikan jenis-jenis satwa. Memperlambat aliran air sehingga terjadi pengendapan yang dapat meningkatkan kadar unsur hara. Mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk sehingga berfungsi sebagai penyerap karbon. Menjaga kelembapan dan curah hujan. Berperan sebagai filter untuk menyaring badai. Efesien dalam melindungi tanah di wilayah pesisir dari erosi dan abrasi. Mencegah perembesan air laut ke daratan. Bermanfaat bagi ekonomi lewat pengembangan pariwisata.

Ilustrasi kondisi bumi yang sudah mendidih. (Photo by ArtHouse Studio on Pexels.com/Ist)

Menurut Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Denny Nugroho Sugianto yang dikutip dari kompas.id, mengatakan, mangrove dianggap juga sebagai karbon biru yang memiliki potensi dalam penyerapan jumlah karbon yang lebih tinggi secara alami. Mangrove mampu menyimpan karbon yang melebihi kemampuan hutan tropis di dataran. Hal itu dikarenakan tumbuhan mangrove dapat menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi karbon organik, yang disimpan dalam akar, batang, daun, dan bagian lainnya.

Dia menyebutkan hutan mangrove di Indonesia rata-rata mampu menyerap 52,85 ton CO2 per hektare per tahun yang lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan dengan estimasi global (26,42 ton CO2 per hektare per tahun). Selain itu, mangrove memiliki potensi penyerapan karbon 170,18 Mt CO2 per tahun dari sekitar 3,3 juta hektare luas mangrove di Indonesia.

Dengan keberadaan Konservasi Hutan Mangrove PTAR di areal lahan 10 hektare saat ini, maka rata-rata C02 yang dapat diserap sebesar 525,5 ton setiap tahun. Tentu angka tersebut turut menyumbang mendinginkan bumi yang sudah mendidih.

Selanjutnya Baca: Untuk Diketahui…