Jakarta, 10/7 (Batakpost.com)- Kasus obesitas di Indonesia telah mengalami lonjakan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi obesitas meningkat dari 19,5 persen pada tahun 2007 menjadi 21,8 persen pada tahun 2018.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan bahwa terdapat setidaknya dua faktor yang menjadi pemicu tingginya kasus obesitas. Salah satunya adalah kurangnya aktivitas fisik di daerah perkotaan yang minim ruang publik untuk berolahraga. Selain itu, penggunaan teknologi modern yang tinggi juga menjadi alasan banyak remaja yang tidak aktif bergerak, terutama di perkotaan. Padahal, obesitas dapat memicu berbagai komplikasi kesehatan.
Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti, obesitas berkontribusi terhadap penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 5,87 persen dari total kasus. Obesitas juga memiliki pengaruh pada angka kasus diabetes dan penyakit ginjal, mencapai 1,84 persen dari total kasus kematian.
Pemerintah berupaya agar prevalensi kasus obesitas tetap berada pada angka 21,8 persen pada tahun 2024. Eva menyebut bahwa masyarakat juga perlu berperan serta dalam memahami risiko dan dampak fatal dari obesitas.
“Rencana aksi nasional perlu dibangun untuk mengambil tindakan proaktif dan berbasis bukti guna mencegah dan mengatasi obesitas,” ungkapnya seperti yang dikutip dari Antara.
Belakangan ini, terdapat tiga kasus obesitas yang mendapat sorotan. Selain kasus Muhammad Fajri yang memiliki berat badan 300 kg dan meninggal dunia, terdapat dua kasus lainnya, yaitu seorang pria di Tangerang dengan inisial CR yang memiliki berat badan 200 kg, dan seorang remaja di Jakarta Timur dengan berat badan 230 kg. (dtc)
Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS
