Pj Bupati berharap agar Pemerintah Pusat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, dan Asosiasi Museum memberikan perhatian khusus dan menetapkan Situs Bongal sebagai Cagar Budaya.
Selain itu, kepada Kepala Desa Jago-jago dan Pemerintah Kecamatan Badiri, Pj Bupati mengharapkan agar mereka mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga Situs Bongal dan Museum Fansuri.
“Kita berharap Situs Bongal dan Museum Fansuri menjadi salah satu tujuan wisata baru di Tapteng,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur PT. Media Literasi Nesia, Abu Bakar Bamuzaham, menyampaikan bahwa pembangunan Museum Fansuri Situs Bongal didukung oleh PT. Media Literasi Nesia.
Abu Bakar menjelaskan PT. Media Literasi Nesia adalah perusahaan penerbitan buku sejarah, yang mendukung pembangunan Museum Fansuri Situs Bongal melalui pendirian Sultanate Institute.
Dia mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Tapteng yang telah bersinergi dalam pengembangan Situs Bongal dan pembangunan Museum Fansuri.
“Dengan adanya Museum Fansuri Situs Bongal, diharapkan dapat menjadi penyemangat bagi anggota Sultanate Institute dan menjadi sumber penelitian yang berkelanjutan,” kata Abu Bakar.
Acara peresmian Museum Fansuri Situs Bongal juga dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Sumatera Utara, Rahmansyah Sibarani, SH, Direktur Perlindungan Dirjen Kebudayaan RI, Tudi Wahyudin, Sukronedi dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II, Dr. Herry Yogaswara dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN).
Selain itu, hadir juga Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah Sumatera Utara, Dra. Sri Hartini dari Organisasi Riset (OR) Arkeologi Bahasa dan Sastra (Arbastra), para peneliti, Pelaksana Harian (Plh) Sekretaris Daerah Tapteng, para asisten, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Tapteng, camat se-Tapteng, lurah dan kepala desa se-Kecamatan Badiri, kepala sekolah SD dan SMP se-Tapteng, serta siswa-siswi SD dan SMP. (red)