Kedua, yakni prinsip Bhinneka Tunggal Ika, karena IKN ingin dibangun sebagai simbol identitas Indonesia yang beragam, maka inklusivitas pada semua kelompok, etnis, agama, usia, dan jenis kelamin perlu mendapat tempat di ruang-ruang publik IKN. Prinsip berikutnya adalah rendah emisi karbon, di mana saat ini Otorita IKN sedang mempersiapkan komitmen untuk pengendalian perubahan iklim, yang targetnya di tahun 2045 IKN sebagai kota rendah karbon bisa diwujudkan, sekaligus melakukan transformasi pada industri yang saat ini banyak mendominasi, khususnya batu bara agar bisa menjadi industri yang lebih baik dengan mengurangi emisi karbon.
Lalu keempat ada prinsip sirkuler dan tangguh, yakni pengembangan daerah pertanian yang bebas sampah (zero waste) dan berkelanjutan (sustainable). Prinsip selanjutnya yakni aman dan terjangkau, di mana IKN bisa menjadi kota yang aman dan nyaman untuk ditinggali (liveable city). Dan yang terakhir adalah nyaman dan efisien melalui pemanfaatan teknologi, dan bisa memberikan peluang ekonomi untuk masyarakat.
Myrna juga mengatakan bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di Otorita IKN akan bekerja atas dasar 24 Key Performance Indicators (KPI), atau selaras dengan kondisi alam hingga rendah emisi karbon.
“Jadi kita bukan ASN biasa, tetapi ada target-target yang harus dicapai dalam waktu singkat,” tuturnya.
Dijelaskan Myrna, demi mewujudkan pembangunan IKN yang hijau dan berkelanjutan, mesti diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung.
Untuk itulah dia berterima kasih kepada Panitia HPN yang sudah mengangkat tema tersebut sehingga wartawan semakin jelas mengetahui konsep pembangunan IKN.
“Membangun IKN bukan dengan semalam. Kita juga harus punya imajinasi yang sama, kira-kira 100 tahun Indonesia merdeka Indonesia mau bagaimana dalam lingkungannya. Tentu Indonesia lebih baik menata lingkungannya dan itu akan terwujud melalui IKN,” tandasnya.
Selanjutnya Baca: Menjawab…