Berita UtamaTapanuli Tengah

Warga Tapteng yang Jadi Korban TPPO di Kamboja Sudah Berkomunikasi dengan KBRI

Inilah Sulaiman Syahputra warga Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang menjadi korban TPPO di Kamboja. Kedua orang tuanya mengharapkan bantuan dari pemerintah Indonesia untuk memulangkan anaknya dalam keadaan sehat. (Batakpost.com/red)

Tapteng, 20/11 (Batakpost.com)– Sulaiman Syahputra (21) warga Kecamatan Pinangsori, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja, sudah berkomunikasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia atau (KBRI) Kamboja.

Hal itu disampaikan Kadis Tenaga Kerja Tapanuli Tengah (Tapteng), Reza Affandy Ritonga melalui Kabid Penempatan dan Penyuluhan Tenaga Kerja, Efendi Hutabarat yang dikonfirmasi Batakpost.com.

IKLAN
IKLAN

“Benar, orang tua korban sudah datang melapor ke Disnaker Tapteng, dan sudah kita tindaklanjuti dengan koordinasi dengan KBRI yang ada di Kamboja. Menurut keterangan dari pihak KBRI, KBRI sudah mengirimkan formulir yang harus diisi oleh korban. Nanti pihak KBRI akan menginfokan perkembangannya ke Disnaker Tapteng,” kata Efendi Hutabarat, Kamis (20/11/2025).

Keberangkatan korban Sulaiman Syahputra ke Kamboja karena diming-imingi oleh sindikat TPPO yang menawarkan gaji besar. Korban yang hanya tamatan SMP tergiur karena ingin membantu perekonomian kedua orang tuanya yang sangat memprihatinkan.

Awalnya korban tidak memberitahukan kepada kedua orang tuanya kalau dia mau kerja ke Kamboja. Korban mengaku mau pergi ke Tembilahan Pekanbaru mencari pekerjaan. Diduga kuat korban berangkat dari Pekanbaru menuju Kamboja yang dipandu oleh sindikat.

Barulah setelah sampai di Kamboja, korban memberitahukan kepada temannya warga Pinangsori, agar disampaikan kepada orang tua-nya bahwa dia sudah di Kamboja bekerja sebagai scam onlie (penipuan lewat internet) dan kerap kali mendapat tindakan kekerasan.

Mendapat informasi itu, kedua orangtua korban langsung syok, karena sudah sering mendapat kabar buruk soal tenaga kerja Indonesia di Kamboja yang disiksa bahkan dijual organ tubuhnya.

Beruntung mereka bisa berkomunikasi dengan korban lewat telepon seluler-nya meskipun harus mencuri-curi waktu. Orang tua korban tak sanggup mendengarkan permohonan anaknya meminta tolong agar bisa dibantu pulang ke Indonesia.

“Saya bisa rasakan ketakutan anak saya itu. Dia benar-benar dilanda ketakutan yang luar biasa saat kami bertelepon. Dia memohon agar dia bisa dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan selamat, karena banyak katanya warga Indonesia di sana mengalami penyiksaan,” kata ibu korban Masdalifa.

Untuk itulah Masdalifa dan suaminya Rustam Siregar, sangat mengharapkan bantuan dari Pemkab Tapteng, DPRD, dan juga Pemerintah Indonesia agar bisa membantu pemulangan anaknya yang sudah hampir 1 bulan di Kamboja. (red)

Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS

Exit mobile version