Segenap kru batakpost.com mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024, Semoga doa dan usaha kita diterima oleh Allah Swt. Taqabbalallahu minna wa minkum. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.
EkonomiGaya HidupLintas SumutTapanuli Utara

Sudah Melahirkan Naskah “Na i hasagian”

379
×

Sudah Melahirkan Naskah “Na i hasagian”

Sebarkan artikel ini
Proses pembelajaran BBM Opera Batak di Tarutung. (Ist)
Advertisement
Example 300x600
Advertisement

Tarutung, 8/10 (Batakpost.com)- Program Belajar Bersama Maestro (BBM) Opera Batak sudah berlangsung di Tarutung sejak 29 Oktober 2018 dengan kehadiran Thompson Hs dan Tim Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) Siantar.

Sampai kemaren (07/10) sudah berlangsung praktik musik, lagu, tari, dan  lakon yang merupakan elemen dari sebuah pertunjukan Opera Batak, ditambah unsur pendukung pertunjukan dari sisi artistik yang dipaparkan oleh Edi Sitohang dan Lenny Sipayung. Dari 30 jumlah peserta, 28 di antaranya cukup aktif dan mampu mengikuti materi-materi BBM. Ketigapuluh peserta tersebut adalah  Adelina Silaban, Aron Tambunan, Bella P. Nababan, Deby A. Silitonga, Fitra Sitorus, Frans T. Hutabarat, Gabriel Purba, Gita Laurenza S., Glen Pardede, Gusti S. Simatupang, Hadi MS Simanjuntak, Hasan Sinaga,  Honesty  G. Sigalingging, Indah Sitanggang, Ivan Santobasa Sormin, Jeremia Sihombing, Markus Panjaitan, Naomi Hutabarar, Paskah Tobing, Rico Hutabalian,  Rona Sinaga, Rynaldi Situmeang, Salomo R. Simanungkalit, Sintong H. Simanungkalit, Shinta R. Girsang, Tiara BG Panggabean, Stefani M. Rajagukguk, Vika O. Silaen, Wahyu S. Hutapea,  dan Wilson Zebua. Semua peserta berasal dari enam sekolah dari 3 kecamatan (Tarutung, Sipoholon, Siatas Barita) dari tingka SLTP dan SLTA yang dikordinasikan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tapanuli Utara sebagai mitra kerja dari Badan Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh – Sumatera Utara BPNB Aceh merupakah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI). Program BBM sudah berlangsung sejak 2017 lalu sebagai satu cara BPNB Aceh – Sumatera Utara mengenalkan dan menunjukkan kekayaan budaya dan mengajak para pesertanya untuk turut menjaga khasanah kekayaan itu. Khusus BBM Opera Batak yang di Tarutung dan akan berlangsung sampai 11 Oktober 2018, bukan merupakan kegiatan ekstrakurikuler. Namun, sebagaimana ditegaskan oleh Irini Dewi Wanti, S.S, M.SP. (Kepala BPNB Aceh – Sumatera Utara) sebagai “ajakan rekreasi sejarah dan kebudayaan”.

Advertisement
banner 325x300
Advertisement


Thompson Hs sang maestro Opera Batak. (Ist)

Kegiatan BBM Opera Batak berlangsung di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tapanuli Utara di luar jam pelajaran sekolah dan akan melangsungkan simulasi pada 11 Oktober 2018 sebagai hasil proses dan tahapan belajar bersama untuk mengetahui tema yang direkomendasikan untuk penampilan dalam simulasi. Ada 4 materi lagu Opera Batak sudah dipilih untuk tarian dan nyanyian solo. Tarian tersebut dikreasikan dalam praktik. Ada juga yang diciptakan hingga menjadi satu naskah yang berjudul: Na I Hasagian. Judul ini mengangkat perihal tenun ulos dan petenun. Jalan ceritanya seperti di bawah ini.

“Ompu Legot mau pergi ke pesta adat. Dia membuka dan melipat sejumlah ulos dengan Boru Namora, istrinya, sebelum Guru Lambok datang untuk pergi bersama. Awalnya mereka menyinggung soal pesta adat yang akan dihadiri. Orang-orang selalu pergi ke pesta adat menurut status dan posisinya. Ada juga yang memakai ulos sesuai dengan yang tersedia. Namun Ompu Legot ingin selalu tampil beda. Mereka akhirnya bercerita tentang ulos dan para petenun. Ama Tuani dan Ama Sampe terpaksa juga singgah untuk cerita itu. Dulu petenun perempuan mendapat sebutan sebagai Si Boru Hasagian. Sekarang bukan hanya perempuan yang meneruskan tradisi bertenun. Ada juga laki-laki.

Ompu Legot teringat akan sebuah cerita tentang seorang petenun bernama Langkitang. Gadis Langkitang menganggap bertenun itu lebih baik daripada pekerjaannya semula, pandai meratap atau mangandung. Dia bersama Suri diajari bertenun oleh Nai Mangiring dan Nai Gatip. Sedangkan Nai Mangiring dan Nai Gatip mewariskan pengetahuan dari  Ompu Kalto, ibu mereka yang lebih suka menenun sekkasekka, satu jenis tenun sebelum disebut ulos.

Patundal awalnya ingin menikahi Langkitang karena didukung Nai Mangiring dan Nai Gatip. Patundal memiliki keraguan karena Langkitang menjadi seorang petenun. Patundal berharap kepada Langkitang agar meninggalkan pekerjaan itu. Namun ada beberapa lelaki lain, seperti Maruli dan Mangiring, yang menaruh harapan kepada Langkitang.

Langkitang dalam kesulitan untuk memilih. Ompu Legot pun lupa pergi ke pesta adat.”

Naskah dikerjakan oleh 4 orang peserta yang diangkat menjadi Tim Penulis bersama Thompson Hs. Sejumlah tokoh dalam cerita cenderung dari hasil ingatan sehari-hari semua peserta. 5 Oktober 2019 kegiatan BBM Opera Batak diwarnai dengan kunjungan ke lapangan, dengan melihat dan mewawancarai langsung seorang petenun di Desa Sitompul, Kecamatan Siatas Barita Tarutung. (Thompson Hs – Relis Pers)


Tinggalkan Balasan