Sibolga, 25/2 (Batakpost.com)– Indonesia menduduki posisi tertinggi ketiga di dunia sebagai negara pengguna politik uang (money politics) dalam pelaksanaan Pemilu (Legislatif, Pilkada dan Pilpres). Dan itu sangat berdampak terhadap kualitas calon pemimpin yang dihasilkan.
Hal itu diungkapkan Engelbert Johannes Rohi alias Jojo Rohi selaku narasumber yang dihadirkan Bawaslu Provinsi Sumatera Utara pada acara Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pengawasan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2024 Bersama Stakeholder, yang dilangsungkan di Aula Topaz Hotel Wisata Indah Sibolga, Senin (24/2/2025).
Disebutkan Jojo, adapun negara peringkat pertama pengguna politik uang dalam Pilkada adalah Uganda di Afrika Timur. Kedua Benin di Afrika Barat, dan ketiga adalah Indonesia.
“Tentu hasil dari politik uang ini akan menghasilkan pemimpin dengan filosofi 212, yang memiliki arti, 2 tahun pertama memimpin akan mengembalikan modal yang dipakai. Kemudian 1 tahun berikutnya bekerja. Dan 2 tahun berikutnya mencari modal untuk ikut mencalon kembali. Inilah dampak dari politik uang itu,” tegas Jojo yang menduduki jabatan sebagai Deputi Sekjen Komite Independen Pematau Pemilu (KIPP) Indonesia.
Dalam Rakor dan Evaluasi ini, Jojo juga menyebutkan bahwa Pemilu paling ruwet di dunia itu adalah Pemilu di Indonesia. Di mana dalam proses pencetakan kertas suara saja untuk calon legislatif sangat menyita tenaga karena banyaknya calon. Belum lagi pendistribusiannya yang menyita waktu dan tenaga karena harus dikirim ke pulau-pulau dan daerah terluar mengingat Indonesia lebih luas lautan dari daratan.
Dan yang paling melelahkan lagi kata dia, jika kertas suara Caleg tertukar daerah pemilihannya (Dapil), maka sudah dapat dibayangkan begitu lelahnya untuk menukar kembali kertas suara itu ke daerah terpencil atau di daerah kepulauan.