Dengan adanya kolaborasi pertunjukan antara Kesenian Sikambang dan Opera Batak, Thompson HS ingin menyampaikan bahwa ada kedekatan antara budaya Batak dengan masyarakat Pesisir yang ada di kawasan Barus secara khusus. Dan itu dibuktikan dengan adanya marga masyarakat Pesisir. Dan itu salah satu alasan kenapa pementasan Rempah Dalam Perahu ini dikolabarsikan dengan Opera Batak.
Selain itu juga sebut Thompson, dia ingin menyampaikan bahwa lewat revitalisasi, kesenian Sikambang akan dapat bangkit kembali layaknya Opera Batak yang telah berhasil direvitaliasi 22 tahun yang lalu di Tarutung, Tapanuli Utara.
“Saya yakin, lewat revitalisasi, Kesenian Sikambang ini bisa bangkit kembali. Karena itulah salah satu tujuan dari pementasan ini. Sama halnya dengan Opera Batak yang berhasil kami revitaliasi 22 tahun yang lalu. Dan hasilnya, saat ini sudah banyak lahir sanggar Opera Batak di berbagai daerah, dan lagu-lagu Opera Batak dikumandangkan kembali. Saya yakin, Kesenian Sikambang ini bisa bangkit kembali jika kita memiliki komitmen bersama dengan para seniman-seniman Sikambang atau Pesisir yang ada di Tapteng ini,” katanya sebelum memulai pertunjukan.
Pria berambut panjang yang sudah banyak menulis naskah dan selalu sukses dalam berbagai pementasan dalam dan luar negeri ini mengungkapkan, bahwa ada alat musik Sikambang yang sudah tidak ditemukan lagi di Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, yaitu Singkadu (sejenis alat musik tiup berukuran kecil yang terbuat dari bambu). Mereka harus membeli alat ini dari Sumatera Barat, karena ketidakberadaanya lagi di kedua daerah tersebut.
Dan jika Kesenian Sikambang tidak segera direvitalisasi, tidak menutup kemungkinan alat-alat musik Sikambang yang lain semakin sulit untuk ditemukan, kata Thompson.
“Harapan saya, lewat pementasan kolaborasi ini, para seniman atau penggiat seni budaya Sikambang lebih semangat lagi untuk mengangkat kembali seni warisan leluhur ini. Kami juga berharap Pemerintah Daerah mendukung kegiatan-kegiatan seni budaya ini, karena Pemerintah Pusat sangat perhatian saat ini dengan seni budaya,” ucapnya.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan kebudayaan Riset dan Teknologi Jakarta yang diwakili oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II Provinsi Sumatera Utara, Sukronedi S.Si, M.Si, dalam sambutannya mengatakan, sejak tahun 2020 Program Jalur Rempah sudah diinisiasi para mahasiswa dengan melakukan penelitian mengelilingi jalur rempah di Indonesia termasuk ke Kota Tua Barus. Dan program ini merupakan program unggulan atau prioritas dari Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam menggali dan melestarikan Budaya.
Disampaikannya, bahwa Kota Barus sudah dikenal tiga ribu tahun yang lalu, bahkan sebelum ada Indonesia, karena keberadaanya sebagai pelabuhan internasional kala itu. Dan tahun 2024 ini, Jalur Rempah diusulkan menjadi warisan budaya dunia.
Selanjutnya Baca: Lewat Pementasan…