Segenap kru batakpost.com mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H/2024, Semoga doa dan usaha kita diterima oleh Allah Swt. Taqabbalallahu minna wa minkum. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.
EkonomiNasional

Ilmuwan Berhasil Modifikasi Ayam Untuk Hasilkan Telur Pencegah Kanker

139
×

Ilmuwan Berhasil Modifikasi Ayam Untuk Hasilkan Telur Pencegah Kanker

Sebarkan artikel ini
Ayam modivikasi untuk menghsillkan terul obat kanker. (Int)
Advertisement
Example 300x600
Advertisement

Sejumlah ilmuwan berhasil memodifikasi ayam secara genetis agar dapat menghasilkan telur mengandung obat untuk penyakit radang sendi dan kanker.

Produksi obat melalui perkembangbiakan ayam ini 100 kali lebih murah dibandingkan proses manufaktur di pabrik.

Advertisement
banner 325x300
Advertisement


Para peneliti yakin, nantinya produksi obat ini dapat diperbesar untuk memenuhi kebutuhan pasar obat komersial.

Lissa Herron dari lembaga Roslin Technologies yang berbasis di Edinburgh, menyebut ayam-ayam itu tidak menderita, melainkan dimanja seperti yang diterapkan peternakan hewan.

“Mereka hidup di kandang yang sangat besar. Mereka diberi pakan dan air minum serta dirawat setiap hari oleh teknisi terlatih.”

“Ayam-ayam itu menjalani hidup yang sangat nyaman,” kata Herron.

Ilmuwan sebelumnya menunjukkan bahwa ayam, kelinci, dan kambing yang genetiknya diubah dapat menghasilkan protein obat dalam susu atau telur mereka.

Para pengkaji itu menyebut pendekatan studi terbaru mereka kini lebih efektif, menghasilkan produk alami yang lebih baik, serta lebih murah daripada sejumlah percobaan sebelumnya.

“Hasil produksi ayam ini berongkos antara 10 hingga 100 kali lebih rendah dibandingkan pengeluaran pabrik. Semoga kami dapat mencapai pengeluaran yang setidaknya 10 kali lebih murah,” ucap Herron.

Penghematan terbesar dari metode ini bersumber dari fakta bahwa biaya pendirian dan pemeliharaan kandang ayam lebih rendah daripada ruangan steril yang wajib ada di pabrik obat.

Banyak penyakit muncul karena tubuh tidak mampu secara natural memproduksi zat atau protein tertentu. Penyakit seperti itu dapat dikontrol oleh obat yang mengandung protein utuh.

Obat ini secara sintetis diproduksi perusahaan farmasi. Biaya pembuatannya sangatlah tinggi.

Herron dan para koleganya berhasil mengurangi ongkos produksi dengan cara memasukkan gen manusia ke de DNA ayam yang memproduksi bagian putih telur. Gen manusia ini biasanya menggenjot produksi protein.

Tanpa kuning telur

Setelah memecahkan telur dan memisahkan bagian kuning dan putihnya, Herron menemukan fakta bahwa ayam pada umumnya memiliki kandungan protein yang besar.

Herron dan timnya pun fokus pada dua jenis protein yang sangat vital bagi sistem daya tubuh, yaitu IFNalpha2a dan macrophage-CSF.

IFNalpha2a memiliki efek antikanker dan antivirus kuat. Sementara itu, macrophage-CSF dikembangkan sebagai obat yang memicu perbaikan bagian tubuh yang rusak.

Tiga telur dianggap cukup untuk menghasilkan satu dosis obat itu. Adapun, dalam setahun ayam dapat bertelur 300 butir. Dengan jumlah ayam yang cukup, para peneliti yakin mereka dapat memenuhi kebutuhan obat komersial.

Pengembangan obat untuk kesehatan manusia dan penyusunan regulasi atas upaya ini akan menghabiskan waktu 10 hingga 20 tahun. Para peneliti berharap dapat memanfaatkan ayam untuk pengembangan obat kesehatan binatang.

Kesehatan

Ayam yang dimanfaatkan untuk produksi obat manusia disebut tak akan mengalami penyiksaan. (Getty Images)

Studi itu mencakup obat yang menggenjot sistem imun binatang ternak sebagai alternatif antibiotik. Obat ini dapat mengurangi resiko berkembangnya hama yang resisten terhadap antibiotik.

Ada pula potensi penggunaan macrophage-CSF terhadap hewan peliharaan.

“Misalnya kita dapat memulihkan hati atau ginjal hewan yang rusak. Obat yang tersedia selama ini cukup mahal, jadi kami berharap dapat berhasil dalam kajian ini,” kata Herron.

Profesor Helen Salang yang juga bergiat di Roslin Institute berkata, “Kami belum memproduksi obat untuk manusia, tapi penelitian ini menunjukkan, ayam secara komersial dapat memproduksi protein yang cocok untuk studi farmasi dan penerapan bioteknologi lainnya.”

Telur-telur ini diproduksi untuk tujuan penelitian dan tidak dijual di pasar. (BBC/dtc/int)


Tinggalkan Balasan