“Kita tidak bisa menolak apa yang akan terjadi dalam diri kita, tetapi kita bisa berhikmat jika hal itu terjadi. Dan salah satu bentuk hikmat itu dengan masuk menjadi peserta BP Jamsostek, karena Jamsostek akan mencover jika terjadi kecelakaan atau kematian bagi para pelayan dalam menjalankan pelayanannya,” terang Erik.
Selain itu juga, kata dia, iuran BP Jamsostek yang sangat ringan menjadi pertimbangan khusus bagi para pelayan GKPI se-Resort Pasar Tukka dimasukkan menjadi peserta.
“Iurannya hanya Rp 16.800 setiap bulan, tetapi kita sudah dicover jika terjadi kecelakaan maupun kematian. Untuk kematian, BP Jamsostek memberikan santunan Rp 42 juta. Dan jika kematiannya karena kecelakaan kerja atau saat pelayanan, santunannya lebih besar lagi, yaitu ratusan juta ditambah lagi beasiswa bagi dua orang anak. Kami melihat program ini sangat-sangat membantu dan harus kita manfaatkan,” ungkapnya.
Ada pun jumlah Penatua maupun pelayan GKPI se-Resort Pasar Tukka yang sudah masuk peserta BP Jamsostek, lebih dari 100 orang tahap pertama. Dan pada saat Sermon kali ini jumlahnya sudah bertambah lagi.
“Kami sangat terbantu dengan program ini, karena sampai saat ini gereja kita belum bisa memberikan santunan sebesar Rp 42 juta jika ada pelayan gereja yang meninggal dunia. Pun kalau dikumpulkan melalui persembahan, belum tentu bisa terkumpul sebanyak itu. Untuk itulah kami sangat bersyukur dengan adanya program BP Jamsostek ini sebagaimana diinstruksikan Presiden melalui Inpresnya Nomor 2 Tahun 2021,” pungkasnya.
Usai acara penyerahan kartu BP Jamsostek dan Sertifikat, tim Perisai dari BP Jamostek foto bersama dengan para Penatua dan Pelayan GKPI se-Resot Pasar Tukka. (Jasgul)