Dari hasil penelitian mereka, bahwa kitosan dari limbah cangkang kepiting rajungan (portunus palagicus) dan air laut sebagai larutan elektrolit, mampu menghasilkan sumber energi alternatif bagi nelayan bagan tancap.
“Kami melakukan penelitian ini lebih kurang tiga bulan. Awalnya kami melihat industri kepiting yang ada di Mela hanya mengambil daging kepiting, sementara cangkangnya dibuang ke laut dan menjadi limbah. Kami pun mencoba meneliti cangkang kepiting dengan cara menumbuk cangkangnya sampai halus dan dicampur dengan air laut sebagai larutan. Dan hasilnya bisa menghasilkan energi listrik,” kata Shadeq dan Yudha memaparkan.
Adapun sistem kerjanya, kedua bahan itu dicampur dalam satu wadah. Selanjutnya digunakan kawat karbon untuk pengantar listrik. Daya yang dihasilkan disimpan ke battery bekas. Dari battery bekas dialirkan listrik untuk menyalakan lampu LED dan juga untuk memutar musik yang dikonekkan lewat bluetooth speakers. Lampu yang dihasilkan dari satu wadah ini mampu bertahan hingga 12 jam.
Dipilihnya nelayan bagan tancap atau bagan pancang menjadi bagian eksperimen mereka, karena nelayan bagan tancap menggunakan arus listrik dari tenaga mesin untuk menghasilkan lampu yang dipasang di bagan untuk memancing ikan datang. Sementara biaya bahan bakar untuk mesin cukup mahal. Hal itulah yang mendasari kedua siswa ini melakukan penelitian dengan memanfaatkan cangkang kepiting yang lebih ekonomis.
Mereka berharap hasil temuannya bisa menjadi pemenang sehingga bisa dipatenkan dan bermanfaat untuk nelayan bagan pancang.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Matauli Pandan, Deden Rachmawan meyambut bangga hasil eksperimen yang dilakukan siswanya. SMA Matauli selalu memberikan dukungan bagi siswa yang ingin mengembangkan bakatnya dalam berbagai bidang.
Selanjutnya Baca: SMA Matauli Sangat…