Teknologi

Badan Intelijen China Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Pemantauan Mata-mata dan Diplomat Asing

Badan Intelijen China Gunakan Kecerdasan Buatan untuk Pemantauan Mata-mata dan Diplomat Asing

Jakarta, 28/12 (Batakpost.com) – Badan Intelijen China berencana menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan pemantauan terhadap mata-mata AI dan entitas negara lainnya di sekitar kedutaan di Beijing, China. Laporan terbaru dari Badan Intelijen AS CIA menyebutkan bahwa persaingan antara AS dan China saat ini mengalami perkembangan mirip dengan Perang Dingin.

Badan Intelijen China yang dimaksudkan di sini adalah Ministry of State Security (MSS), atau kementerian keamanan publik yang bertanggung jawab atas operasi intelijen di luar negeri. Saat ini, MSS menggunakan kecerdasan buatan dan teknologi pengenalan wajah untuk memantau diplomat asing, atase pertahanan, dan agen intelijen di distrik kedutaan di Beijing, ibu kota China.

IKLAN
IKLAN

Sistem baru ini mencatat informasi mengenai individu yang dianggap penting di wilayah tersebut dan mengawasi pergerakan serta interaksi mereka. Data ini kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi jaringan mereka dan potensi risiko keamanan yang mungkin ditimbulkan oleh orang-orang ini.

Sistem AI ini akan menerima input dari database yang berisi berbagai data, seperti plat nomor mobil, data ponsel, kontak, dan lainnya. Berdasarkan informasi tersebut, AI akan membuat daftar target dan menganalisis jaringan serta celah keamanan yang dimiliki oleh target tersebut.

Program ini yang bertindak sebagai ‘pemburu’ mata-mata, tampaknya akan memainkan peran penting dalam persaingan antara MSS dan CIA sebagai dua badan intelijen utama dari dua negara adidaya.

Direktur program China di Stimson Center, Yun Sun, mengungkapkan, “Bagi China, memanfaatkan teknologi yang ada atau yang dijaga negara lain menjadi cara yang populer dan dianjurkan oleh pemerintah.” Dia menambahkan bahwa pentingnya penggunaan teknologi spionase telah meningkat secara signifikan.

Penerapan AI ini juga mencerminkan ambisi MSS dalam meningkatkan kemampuannya, termasuk dalam pemanfaatan teknologi. Beberapa tahun terakhir, MSS telah merekrut lebih banyak personel, memperbesar anggaran, dan menggunakan teknologi terkini untuk mencapai tujuan Presiden China Xi Jinping dalam bersaing dengan Amerika Serikat, baik dari segi ekonomi maupun kekuatan militer.

Laporan ini, berdasarkan puluhan wawancara dengan pejabat AS yang aktif maupun tidak aktif, serta melibatkan dokumen internal dari berbagai perusahaan di China dan dokumen MSS yang tersedia untuk umum. Wakil Direktur FBI, David Cohen, mengakui bahwa mereka saat ini meningkatkan fokus mereka untuk mengumpulkan informasi terkait kemajuan teknologi di China. “Kami terlalu banyak menghitung tank dan memahami kemampuan misil daripada fokus pada kemampuan semikonduktor, algoritma AI, atau peralatan bioteknologi,” kata Cohen.

Baca Berita menarik lainnya dari Batakpost.com di GOOGLE NEWS

Exit mobile version